Hidup dengan al-Qur’an

Hidup dengan al-Qur’an
al-Qur'an
Setiap 17 Ramadhan, kaum muslimin khususnya di Indonesia secara serentak melaksanakan peringatan Nuzul al-Qur’an, seluruh elemen masyarakat menyambutnya dengan suka ria, berbagai bentuk peringatanpun digelar, mulai dari pengajian hingga berbagai macam perlombaan islami, tidak hanya di masjid peringatan ini digelar, di sekolah – sekolah, perkantoran, sampai lembaga – lembaga sosial di masyarakat pun ikut mensemarakkannya.

Tentu ini adalah semangat yang positif dari umat, hal ini juga menunjukkan bahwa dalam diri umat masih ada perasaan yang islami. Tinggal kita rasakan sejauh mana peringatan ini membawa perubahan pada masyarakat. Apakah masyarakat semakin dekat kehidupannya dengan al-Qur’an atau ternyata peringatan ini tidak meninggalkan bekas apapun kecuali kemeriahan saja.

Sesungguhnya yang terpenting dari peringatan nuzul al-Qur’an adalah perenungan bagi kita sejauh mana kita telah berinteraksi dengan al-Qur’an, sejauh mana al-Qur’an telah mempengaruhi sendi – sendi kehidupan kita, dan sejauh mana kita telah hidup dengan al-Qur’an.


Ketika kita mampu menggunakan akal untuk memperhatikan dan memahami ayat – ayat a-Qur’an, kita akan menyakini bahwa al-Qur’an benar – benar datang dari Allah subhanahu wa ta’ala, telah banyak ayat – ayat al-Qur’an yang menjelaskannya. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (an-Nisa’: 82)

Dan al-Qur’an diturunkan oleh Allah tanpa keraguan di dalamnya. “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (al-Baqarah: 2)

Bahkan Allah menantang siapa saja yang masih meragukan kebenaran al-Qur’an untuk membuat sepuluh surah yang semisal, “Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (Huud: 13)

Jika tidak mampu membuat sepuluh surah yang semisal dengan al-Qur’an, Allah tantang untuk membuat sebuah surah saja yang semisal. “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.” (al-Baqarah : 23). Sesungguhnya al-Qur’an adalah kebenaran yang datangnya dari Allah azza wa jalla.

Secara bahasa Al-Qur’an berarti bacaan. Membaca al-Qur’an bagi setiap mukmin akan medatangkan pahala yang sangat besar, dalam setiap hurufnya terdapat pahala yang telah Allah janjikan. "Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alquran ), ia akan mendapatkan satu kebaikan yang nilainya sama dengan 10 kali ganjaran (pahala). Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR Tirmidzi)

Tetapi apakah Allah menurunkan al-Qur’an hanya sebagai bahan bacaan saja? Jika hanya dengan membacanya saja mendatangkan pahala yang sangat besar maka bagaimana dengan menjalankan apa yang termuat didalamnya? Tidakkah akan mendatangkan pahala yang lebih besar? “Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (TQS al-Isra’ [17]: 9). Membaca al-Qur’an haruslah disertai dengan memahami maknanya dan menjadikannya sebagai petunjuk hidup.

Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk hidup bagi manusia, telah memberikan penjelasan atas segala sesuatu, “Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.“ (an-Nahl: 89). Artinya al-Qur’an memuat berbagai macam hal yang dibutuhkan oleh manusia, al-Qur’an menjelaskan halal-haram, perintah-larangan, khabar umat yang terdahulu, khabar masa yang akan datang, khabar ghaib, aqidah, ibadah, akhlak, dan sistem kehidupan (hudud, muamalah). Segalanya telah dijelaskan oleh al-Qur’an. Sehingga fungsi al-Qur’an sebagai pentunjuk hidup mampu memberikan penyelesaian atas segala problem yang dihadapi manusia dalam menjalankan kehidupannya.

Fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk hidup akan benar – benar berfungsi sebagaimana mensetinya, ketika kita memperhatikan dan menjadikannya sebagai pedoman, rambu – rambu, dan petunjuk dalam menjalankan kehidupan, yakni dengan menjalankan segala ketentuan – ketentuan yang ada di dalamnya. Begitu juga al-Qur’an akan mampu menjelaskan segala hal dan memberikan solusi atas segala persoalan manusia jika kita mau mengambil apa yang telah dijelaskan dan menjalankan segala solusi yang telah diberikan. Artinya al-Quran itu akan benar-benar menjadi petunjuk, penjelasan dan solusi jika kita menjalani hidup dengan al-Quran dan mengelola kehidupan sesuai al-Quran.

Kita telah mengimani al-Qur’an dengan penuh keyakinan, tidak ada keraguan di dalamnya, merupakan petunjuk yang datang dari Allah yang Maha Tahu. Mengimani al-Qur’an berarti meyakini kebenaran seluruh yang ada di dalam al-Qur’an, tidak membeda – bedakan ayat – ayat yang ada di dalamnya, ayat ibadah dengan ayat muamalah, satu kewajiban dengan kewajiban lain, kabar baik dengan peringatan, seluruhnya wajib untuk dibenarkan dan diamalkan.

Ketika Allah menyeru kita untuk berpuasa dengan surah al-Baqarah ayat 183, kita beramal dengannya, maka ketika Allah menyeru didalam surah yang sama ayat 178 tentulah wajib bagi kita untuk memenuhi seruan qishash itu atau ketika Allah menyeru untuk melaksanakan peperangan pada ayat 216 tentu wajib pula bagi kita untuk memenuhinya. Inilah yang dinamakan mengimani al-Qur’an secara total, mempedomaninya secara menyeluruh tanpa pilah – pilah.

Ketika datang seruan Allah didalam al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum – hukum aqidah, ibadah, dan akhlak –yang kaitannya dengan kewajiban individu- kita mampu untuk memenuhinya tetapi ketika datang seruan Allah didalam al-Qur’an yang sama, di dalam surah yang sama yang berkaitan dengan hukum – hukum muamalah, hudud, pemerintahan –yang diwajibkan kepada jama’ah kaum muslimin/Negara- sudahkah kita mampu memenuhinya?

Karena itu, mempedomani al-Qur’an –sebagai bukti keimanan- tidak akan sempurna kecuali dengan menjalankan seluruh ketentuan yang ada didalamnya. Dan bagaikan menulis diatas pasir jika kita ingin hidup dengan al-Qur’an, menjalankan seluruh ketentuan yang ada didalamnya tanpa melalui kekuasaan pemerintahan yang berlandaskan al-Qur’an dan menerapkan seluruh syariat yang ada didalamnya, yaitu Khilafah Islamiyah. Disinilah pentingnya untuk merenungi peringatan Nuzul al-Qur’an agar tidak sekedar seremonial belaka, tapi mampu membawa perubahan bagi masyarakat. Dengan melihat kondisi kita sekarang, sejauh mana al-Qur’an telah hidup bersama kita dan mengatur kehidupan kita kemudian bersungguh – sungguh untuk mewujudkannya dalam sebuah pemerintahan yang akan menerapkannya secara total, Khilafah ala minhaj an-nubuwwah. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [jikindra]

Speak Up Your Mind!
Tell us what you're thinking!

Terima kasih sudah berkomentar

About

Blog for Syariah and Khilafah. Berbagi catatan sederhana sebagai bentuk dukungan terhadap penjuangan penegakan Syariah dan Khilafah dan penolakan terhadap sistem kufur demokrasi.
Temukan Saya di Google+

Entri Baru