Kesenangan yang Terlupakan

Kesenangan yang Terlupakan
Antara Dua Kesenangan
Pagi hari, ganti baju kemudian menghampiri kuda hitamnya (Mega Pro dg striping hitam) dan mengeluarkannya dari garasi. Diambilnya kain lap hijau yang kusam, mulai dari roda depan hingga roda belakang tidak ada bagian yang terlewat dari sapuan kain lapnya itu. Selalu terlihat mengkilap tanpa debu, itulah kesan setiap orang yang melihat, walau setiap enam hari dalam satu minggu ia gunakan pergi pulang sekolah dan berhadapan dengan debu jalanan. Tapi seolah debu enggan berlama-lama menempel pada setiap bagian motor manapun, karena setiap pagi kain lap hijau yang kusam tak pernah absen membersihkannya.
Begitulah kiranya yang dikerjakan oleh adik iparku dalam merawat motor kesayangannya dan barang kali begitu juga dengan kita terhadap apa yang menjadi kesayangan kita. Sekuat tenaga dan sepenuh hati kita akan berusaha menjaganya agar terawat dan selalu dalam kondisi terbaiknya.
Kebiasaan adikku terus berlanjut, setelah lulus sekolah ia bekerja membantu ayahnya dirumah, meskipun ia jarang menggunakan motor, kebiasaannya tetap berlanjut. Sampai suatu hari terjadilah kesepakatan keluarga untuk menjual motor adik iparku. Kemudian di hari motornya berpindah tangan ia berucap,”oalah, seng ben dino tak lapi, saiki di dol.” (yaa, yang setiap hari kurawat, sekarang dijual) begitulah kira-kira apa yang dikatakan oleh adikku. Ia telah kehilangan motor yang setiap hari ia rawat, usaha keras untuk menjaga agar motornya tetap terlihat mengkilap tanpa debu berakhir dengan kalimat ‘penyesalan’ karena tidak berbuah manis untukknya.

Mungkin sebagian kita juga pernah mengalami hal demikian, Allah telah berfirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa- apa yang diingini, yaitu: wanita- wanita, anak- anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang- binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah- lah tempat kembali yang baik (surga).” (ali-Imran: 14). Sehingga wajarlah kebayakan manusia berusaha keras untuk meraih kesenangan itu. Karena memang telah Allah sediakan seluruh kesenangan itu untuk manusia. Dan, adalah bohong jika diantara kita ada yang mengatakan tidak tertarik dengan semua kesenangan yang telah Allah sediakan, karena ini adalah fitrah. Lantas apakah untuk semua kesenangan dunia itu tujuan hidup kita?

Allah melanjutkan pada ayat 15, “Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” Ternyata dari sekian kesenangan dunia yang telah Allah sediakan untuk manusia masih ada yang lebih baik daripada itu semua, yakni kesenangan di sisi Allah (surga) yang diperuntukkan kepada orang – orang pilihan, orang yang bertakwa. Lantas masihkan kita akan menghabiskan waktu dan tenaga yang kita miliki untuk mengejar kesenangan dunia yang sementara itu?

Ada dua keadaan yang akan kita alami ketika kita menikmati kesenangan dunia, kesenangan itu meninggalkan kita, atau kita yang meninggalkan kesenangan itu. Sederhananya, kesenangan dunia yang meninggalkan kita adalah seperti yang dialami oleh adik iparku, dan kita yang akan meninggalkan kesenangan dunia ketika ajal telah datang. Jika untuk kesenangan dunia yang mustahil kita miliki selamanya, kita bersungguh untuk meraihnya maka apa yang sudah kita usahakan untuk kesenangan abadi (surga)? Yang selamanya akan kita nikmati, yang merupakan tempat kembali yang paling baik.


Mari renungi firman Allah ta’ala, “Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? ” (al-An’am: 32). Tegas Allah telah memberikan warning kepada hamba-Nya agar tidak terjebak dalam kesenangan yang fana dan telah Allah tetapkan akhir bahagia dan abadi bagi hamba-Nya yang bertakwa.

Dan firman Allah, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran.” (al-Ashr: 1-3). Jika dalam perniagaan harta benda saja kita tidak ingin mendapatkan kerugian, sehingga kita berusaha keras bagaimana caranya mendapatkan keuntungan besar. Maka ketika berniaga dengan Allah tentu kita juga tidak menginginkan kerugian, oleh karena itu marilah kita bersungguh-sungguh meraih keuntungan besar (surga) dengan semaksimal mungkin memperbanyak amal sholeh demi meraih ridha Allah subhanahu wa ta’ala. [jikindra]

1 komentar:

Mungkin sebagian kita juga pernah mengalami hal demikian, Allah telah berfirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa- apa yang diingini, yaitu: wanita- wanita, anak- anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
LukQQ
Situs Ceme Online
Agen DominoQQ Terbaik
Bandar Poker Indonesia

Speak Up Your Mind!
Tell us what you're thinking!

Terima kasih sudah berkomentar

About

Blog for Syariah and Khilafah. Berbagi catatan sederhana sebagai bentuk dukungan terhadap penjuangan penegakan Syariah dan Khilafah dan penolakan terhadap sistem kufur demokrasi.
Temukan Saya di Google+

Entri Baru