Buruk Muka Kaca Dibelah

Buruk Muka Kaca Dibelah
Buruk Muka Kaca Dibelah
Ormas-ormas Islam yang kritis terhadap pemerintah dinilai melakukan penggembosan terhadap konstituen partai-partai yang ada di pemerintahan (baik partai Islam maupun partai sekuler). Entah apa maksudnya pernyataan itu dilontarkan, namun yang jelas itu adalah bentuk manifestasi sikap stres dalam menghadapi Pemilu 2014.

Partai-partai yang ada di parlemen hendaknya bercermin atas berbagai hal yang menimpa partai. Adanya kader yang terjerat kasus korupsi, itu akan berdampak pada sikap konstituen. Wajar jika konstituen merasa bahwa partai yang menjadi pilihannya sudah tidak lagi bersih, dan karenanya sulit untuk menaruh kepercayaan terhadap partai.

Ada juga rasa kecewa itu terlihat dari bentuk perekrutan caleg yang bersifat instan dan mengabaikan aspek-aspek ideologis. Ini sangat berpengaruh pada konstituen yang (kadang-kadang) justru "lebih ideologis" dari aturan-aturan partai. Tidak heran juga karena pola perekrutan caleg yang terlihat asal-asalan ini berdampak pada menurunnya konstituen.

Indra Kusuma, caleg DPRD Musirawas dari PPP telah mencoreng nama partai dengan melakukan perampokan. Alasannya, merampok untuk biaya kampanye. Sehan Albaar, dari Partai Demokrat telah menunjukkan perilaku buruk yang sangat mengecewakan. Dirinya mabuk berat saat mengikuti sidang paripurna DPRD Maluku Utara. Ada juga caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa di Lamongan yang ketahuan berjudi. Ada juga caleg PDIP yang rumahnya digrebek warga karena dijadikan tempat mesum. Ini baru beberapa kasus yang ketahuan, belum yang tidak ketahuan. Semua ini menunjukkan dengan jelas betapa pola perekrutan kader partai yang asal-asalan.

Yang paling mendasar adalah soal ideologi atau platform partai. Adanya kader partai yang mudah berpindah-pindah partai, dari partai A ke B, dari partai B ke C, dan seterusnya; otomatis telah menyimpan rasa kecewa dalam diri konstituen. Apalagi jika konstituen itu telah dididik oleh partai sedemikian lama, namun gara-gara melihat kader partai di pemerintahan yang berpindah partai, maka konstituen tersebut pun secara otomatis telah menyimpan rasa kecewa. Kalau ini dibiarkan terus, maka akan banyak konstituen partai yang melepaskan diri dari partai.

Berkaitan dengan platform partai pula, yaitu adanya sikap oportunis dan pragmatis partai terhadap segala kondisi yang ada. Ini juga sangat berpengaruh terhadap konstituen di bawah. Partai Islam yang sudah kehilangan ruh Islaminya. Partai pejuang rakyat yang sudah terlihat mengkhianati rakyat. Ini sangat kontras dengan apa yang mereka perjuangkan. Wajar jika kemudian suara partai pun menggembos sedemikian rupa dan meningkatlah angka golput.

Sikap yang lebih parah adalah jika merasa sudah kehilangan konstituen lalu menggadaikan ideologi atau platform partai untuk meraup dukungan rakyat. Misalnya, ini terlihat dari PKS yang berubah haluan menjadi partai terbuka. Jalan yang ditempuh PKS ini rupanya mampu menaikkan suara PKS dengan sangat drastis. Sebab, gagasan partai terbuka itu menunjukkan bahwa PKS bisa merekrut kader partai dari kalangan nonmuslim. Padahal, PKS dikenal sebagai partai Islam dengan kader militan di pemerintahan. Ini yang menyebabkan mengapa PKS lebih cepat meraih suara banyak daripada partai berbasis massa Islam yang lain yang juga memiliki kader nonmuslim.

Diakui atau tidak, kenyataan di atas merupakan awal dari kemerosotan suara konstituen. Jika mau dipersalahkan, siapa yang salah? Yang salah adalah sistemnya dan partai yang bersangkutan. Sistem demokrasi memang sangat memungkinkan orang untuk berbuat menyimpang. Sementara itu, partai sendiri terlihat mudah dibeli oleh kondisi.


Lantas, pantaskah jika ormas-ormas yang kritis terhadap pemerintah itu dipersalahkan? Kalau iya, ini namanya buruk muka kaca dibelah. Orang bercermin, melihat wajahnya buruk, tetapi menyalahkan cermin, lalu cerminnya pun dihancurkan. Apa istilah yang paling tepat untuk orang seperti ini? [Agus Trisa/Jikindra Blog]

2 komentar

setuju.....sungguh memalukan fenomena tersebut.....bagaimana kalau usul...presidennya dilelang....bukan dipilih.tinggal bayar per bulan...yg penting rakyat sejahtera.kan indonesia ini dari ujung jempol sampai kaki....banyak importnya,termasuk agama juga semuanya import....presiden import juga.....ide bagus nggak gan

kalo menurut ane sih akar permasalahannya bukan para orang2nya gan, tapi sistem yang ada. Sebaik apaun orang2 yang terlibat selama sistemnya masih sistem yang buruk maka outputnya pasti buruk, tapi jika sistemnya diganti dengan sistem yang baik maka akan melahirkan orang2 yang baik. Sistem buruk itulah demokrasi, maka harus dibuang. Kita ganti dengan sistem yang baik, tidak lain adalah sistem yang berasal dari Yang Maha Baik, Allah Ta'ala, yakni penerapan Syariah Islam secara kaffah dalam naungan institusi Khilafah.

emang ada ya agama lokal ya??? kalo ada berarti ada Tuhan lokal dong??? ada2 saja... yang namanya agama jika itu benar2 berasal dari pencipta manusia, pemilik alam semesta maka meyakininya adalah bentuk syukur seorang hamba... dan mengingkarinya adalah bentuk kufur terhadap Sang Pencipta... dan baiknya orang seperti ini adalah mencari tempat tinggal lain yang bukan ciptaan Sang Pencipta, Allah Subhanahuwata'ala.

Speak Up Your Mind!
Tell us what you're thinking!

Terima kasih sudah berkomentar

About

Blog for Syariah and Khilafah. Berbagi catatan sederhana sebagai bentuk dukungan terhadap penjuangan penegakan Syariah dan Khilafah dan penolakan terhadap sistem kufur demokrasi.
Temukan Saya di Google+

Entri Baru